Menggugah Hati Masyarakat yang Mulai Beku
v
Gambaran Umum
Desa
Dewakang merupakan sebuah desa yang subur, berada di daerah kepulauan kecamatan
Liukang Kalmas kabupaten pangkep, dengan luas wilayah 10,9 Hektar, terletak di
sebelah timur Kota Makassar, dengan jarak tempuh dari pelabuhan poetere untuk
mencapai pulau dewakang selama ± 10 jam mengarungi lautan selat
Makassar, Desa dewakang dihuni oleh 1.814 Jiwa penduduk. Mata pencaharian
mayoritas masyarakat dewakang adalah
Petani rumput laut dan Nelayan. Desa dewakang memiliki potensi yang luar biasa,
hasil laut dan pertanian sangat menunjang dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat selain itu bantuan dari program PNPM-MPd juga berperan besar dalam
pembangunan yang ada di desa ini.
Hasil
pembangunan melalui Program PNPM-MPd mulai dinikmati masyarakat desa dewakang
sejak tahun 2008, sarana prasarana yang telah dibangun seperti tanggul pemecah
ombak,jalan rabat beton, telah dimanfaatkan oleh masyarakat. begitu pula dengan
dana bergulir berupa pinjaman modal dalam
bentuk simpan pinjam kelompok perempuan yang sangat membantu masyrakat
khususnya kaum perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Khusus
untuk tahun anggaran 2014 sesuai dengan hasil MAD penetapan desa dewakang
mendapatkan bantuan berupa mesin Listrik (Genset) yang berlokasi di dusun
dewakang lompo.
Pola Pikir masyarakat
Tidak terasa program
PNPM-MPd sudah berjalan 6 tahun di kecamatan liukang kalmas, dengan hasil
pembangunan yang tentu saja sangat membantu meningkatkan kesejahteraan masyrakat.
namun demikian, masih banyak hal yang perlu dibenahi seperti kesadaran
masyarakat dalam hal berperan aktif dalam pembangunan, pola pikir masyarakat
yang fragmatis, Skeptis, bahkan cenderung apatis sangat mempengaruhi
nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermayarakat. Hilangnya nilai gotong
royong dan keswadayaan dalam masyarakat merupakan bentuk nyata bahwa masih
banyak hal yang perlu diperbaiki dalam hubungan social kemasyarakatan.
Hal inilah yang menjadi
tantangan bagi para pelaku pemberdayaan masyarakat untuk sedikit demi sedikit
merubah pola pikir masyarakat sehingga nilai-nilai keswadayaan dan gotong
royong dapat kembali hidup dalam sanubari setiap masyarakat. Meski hal itu
tidak semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan kemauan dan semangat dari
setiap pelaku pemberdayaan masyarakat dalam memberikan pandangan-pandangan
positif dan penyadaran untuk mewujudkannya.
v
Menggugah hati masyarakat dengan penyadaran
melalui Musyawarah desa
Minggu pagi, tanggal 23
maret tepat pukul 10.00 Wita, masyarakat dewakang lompo sudah berkumpul di
sekolah dasar untuk mengikuti musyawarah Desa dengan agenda Informasi hasil MAD
penetapan untuk tahun anggaran 2014 dan membahas tentang penyelesaian kegiatan
pembangunan jalan Rabat beton tahun anggaran 2013 yang belum rampung sesuai
dengan Rencana Kerja yang telah dibuat.
Jalannya musyawarah yang dibuka
oleh kepala desa dan dipandu oleh KPMD berjalan dengan khidmat, masyarakat
begitu seksama mendengarkan penjelasan-penjelasan dari fasilitator mengenai
program PNPM-MPd untuk tahun anggaran 2014 dimana desa dewakang kembali
mendapatkan bantuan berupa pengadaan mesin Listrik .
Pada saat Pembahasan
tentang kegiatan pembangunan jalan rabat beton yang belum rampung peserta
musyawarah sudah mulai memanas, pekerjaan rabat beton sepanjang 2240 meter ini
sudah selesai sepanjang 2144 meter, atau masih kurang 96 meter dari target
pekerjaan. Terlambatnya pekerjaan ini disebabkan oleh kurangnya tenaga kerja
dan material lokal yang belum terkumpul dilokasi pekerjaan. TPK dan kelompok masyarakat
saling menyalahkan. masyarakat beranggapan TPK tidak serius dalam menyelesaikan
pekerjaan, sedangkan TPK berkilah kurangnya partisipasi masyarakat dalam
membantu penyelesaian pekerjaan dengan tidak membantu dalam pengadaan material
lokal yang mempengaruhi progress penyelesaian pekerjaan. Alasan masyarakat
sehingga tidak mau mengumpulkan material lokal ini disebabkan harga yang tidak
sesuai, masyarakat menginginkan agar upah dalam pengumpulan material lokal ini
dapat dinaikkan yang mulanya harga material di RAB sebesar Rp. 70.000,- menjadi
Rp. 80.000,-
Ditengah jalannya
Musyawarah, fasilitator memberikan
pandangan-pandangan positif yang diharapkan dapat menggugah hati masyarakat
agar dapat bekerjasama dalam proses penyelesaian pekerjaan. Fasilitator
memberikan penyadaran bahwa yang akan menikmati dan menggunakan jalan rabat ini
adalah masyarakat sendiri, sebelum jalan rabat beton ini dibangun, pada saat
musim kemarau debu beterbangan dan pada saat musim hujan datang jalanan akan
menjadi becek dan licin yang tentunya sangat mengganggu aktifitas dan
keselamatan masyarakat sendiri. Dilain sisi jika jalan rabat beton ini tidak
segera dirampungkan, maka kemungkinan besar bantuan berupa mesin listrik yang
akan terdanai pada tahun ini tidak akan terealisasi. Sehingga dibutukan
kerjasama dan gotong royong dari masyarakat dalam proses penyelesaian pekerjaan
yang terhambat karena tidak adanya pengumpul material lokal (kerikil) yang
masih kurang 20 m3.
Setelah mendengarkan
arahan-arahan dari fasilitator, salah satu tokoh agama ustadz Ibrahim angkat
bicara dengan mengatakan “saya siap berswadaya
dalam bentuk uang tunai sebesar Rp. 500.000,- untuk pengadaan material lokal,
dari pada pengadaan genset tidak terealisasi Cuma gara-gara pekerjaan sepanjang
96 meter tidak selesai dan juga yang akan menikmati hasil pembangunan ini
adalah kita semua masyarakat dewakang lompo,bukan orang luar” . hal ini
memancing masyarakat lainnya untuk ikut berperan dalam menangani masalah ini,
seakan tidak mau kalah ketua RT 3 juga bersedia untuk berswadaya material
sebayak 1 m3, kemudian disusul oleh salah seorang tokoh masyarakat H. arsyad
yang juga siap berswadaya berupa untuk menyelesaikan pekerjaan rabat beton ini.
Pada akhirnya kurangnya tenaga kerja dan material lokal sebanyak 20 m3 yang menghambat
pekerjaan dapat terkumpul dari sumbangsih dan kesadaran masyarakat.
Kesimpulan
Mengubah pola pikir
masyarakat yang mulai meninggalkan nilai-nilai kebersamaan bukan tidak mungkin
dilakukan sepanjang ada kemauan dan niat yang baik untuk menjaga kultur budaya
kita yang dari jaman dahulu telah terkenal dengan semangat kebersamaan dan
sifat kegotong royongannya. Seperti kata pepatah “ Ringan sama dijinjing Berat
sama dipikul ”.
Dengan kembalinya
kesadaran masyarakat tentang kepedulian terhadap kemajuan desa serta munculnya
kembali nilai-nilai gotong royong yang selama ini mulai memudar, sangat membantu dalam proses kemajuan dan kemandirian desa yang sangat
menunjang dalam pembangunan dinegeri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar